Kunjungan Wartawan ke SMK Negeri 1 Manado Berujung Kekecewaan, Kepsek Ogah Ditemui

"Sikap Tertutup Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Manado Tuai Kritik, Wartawan Merasa Tak Dihargai".

Foto wajah SMK negeri 1 Manado, (foto istimewa)

IDNEWS.CO, MANADO,- Kunjungan beberapa Wartawan ke SMK Negeri 1 Manado sekitar Kamis (22/5/25) Siang tadi, berakhir dengan suasana kurang menyenangkan.


Pasalnya, Kepala Sekolah Telly Olivia Anthonia Ticoalu, terkesan enggan menemui Wartawan dan mengambil sikap pergi lewat Pintu belakang, padahal saat itu Jam Pelajaran masih berlangsung.


Sebagai Seorang Tenaga Pendidik harusnya menunjukkan kharismatik, Bermoral tinggi, dan Budi Pengerti yang tulus. Bukan seperti kampungan harus nyolonong.


Kalau sikap seorang kepsek seperti ini wajar saja jika perilaku pelajar pun akan mengikuti kelakuannya.


Padahal kehadiran para awak media dengan itikad baik secara profesionalitas sebagai jurnalis, datang ingin mengkonfirmasi sejumlah kegiatan di SMK Negeri 1 Manado.


" Salah satunya topik wawancara adalah mengenai program unggulan dan capaian prestasi siswa di sekolah kejuruan tersebut. Namun, alih-alih disambut hangat sebagai mitra informasi, para pewarta justru merasakan adanya penolakan halus yang mengesankan “alergi” terhadap kehadiran media," tandas Hanny salah satu wartawan media online.


Lanjutnya sesuai prosedur pihaknya sudah meminta izin security di depan pintu gerbang, dengan ramah petugas pengaman itu mempersilahkan masuk.


"Silahkan lapor guru piket disana sambil menunjuk ke arah depan, Kami pun meminta izin dengan sopan kepada guru jaga, jawaban mereka Ibu sementara menerima tamu dari Ombudsman," jelas Hanny.


Seraya menambahkan kembali, selang beberapa waktu pihak Ombudsman sudah keluar pertanda telah selesai bertamu.


Namun lanjut Hanny menjelaskan kembali pihaknya bersama awak media menunggu di ruang humas, sambil bertemu dengan pegawai dan menanyakan mau ketemu siapa?.


" Saya pun menjawab ketemu kepsek, akhirnya Kami dipersilahkan duduk sambil mengisi buku tamu. Alangkah kagetnya salah satu guru datang dan menjawab Ibu Kepsek sudah pergi, padahal belum lama menerima tamu kan lucu akhlak seorang kepsek model begini," tandasnya.


Seraya meminta agar Gubernur Sulut dapat mengevaluasi prilaku kepsek bersangkutan, jikalau perlu ganti saja tanda tak mampu bermitra dengan wartawan.


" Ganti saja oknum kepsek begini alergi dengan wartawan, jangan-jangan bakal berlaku juga kalau Gubernur datang pasti Dia akan menghindar," ungkap Hanny.


Sikap kepala sekolah tersebut memicu tanda tanya di kalangan awak media. Beberapa di antara mereka menduga bahwa reaksi tersebut bukan sekadar ketidaksediaan pribadi, melainkan mencerminkan keengganan terhadap transparansi informasi publik.


Hal ini tentunya dianggap bertentangan dengan semangat keterbukaan yang seharusnya dijunjung tinggi oleh lembaga pendidikan, terutama yang dibiayai oleh negara.


Padahal, kehadiran wartawan di sekolah merupakan bagian dari fungsi pers dalam mengedukasi masyarakat serta memberikan informasi positif terkait kemajuan dan tantangan di sektor pendidikan.


Oleh karena itu, ketertutupan terhadap media dinilai sebagai langkah mundur yang bisa menimbulkan kesan negatif, baik terhadap pribadi kepala sekolah maupun institusi yang dipimpinnya.


“Sangat disayangkan. Ketika dunia pendidikan diharapkan menjadi contoh keterbukaan dan komunikasi yang sehat, justru ada kepala sekolah yang bersikap seolah-olah wartawan adalah ancaman,” ujar Hanny pula.






“Pers bukan musuh sekolah. Kami adalah mitra yang bekerja demi penyebaran informasi yang objektif dan konstruktif. Jika ada kepala sekolah yang bersikap eksklusif dan tertutup terhadap media, maka ada sesuatu yang perlu dievaluasi, apakah ia memahami peran strategis komunikasi publik dalam dunia pendidikan,” tambah Hanny.


Hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi resmi dari Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Manado.


Upaya konfirmasi lanjutan melalui pesan singkat maupun sambungan telepon belum mendapatkan tanggapan.


Kejadian ini kembali mengingatkan pentingnya pelatihan komunikasi publik bagi para pejabat pendidikan agar mampu menjalin hubungan yang sehat dengan media massa. Sebab, dalam era keterbukaan informasi seperti sekarang, membangun sinergi dengan pers merupakan kebutuhan, bukan pilihan.


Lebih baru Lebih lama