Kakanwil Kemenag Sulut Lepas 11 Santri Ikuti MQK Internasional 2025 di Wajo

"MQK Internasional 2025: Santri Sulut Bawa Semangat Moderasi dan Intelektualitas Pesantren".

Saat kegiatan berlangsung, (foto istimewa)

IDNEWS.CO, MANADO,- Momentum penuh harapan dan semangat mewarnai Aula Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara pada Kamis (25/9/2025).


Di tempat itu, Kepala Kanwil Kemenag Sulut secara resmi melepas kontingen Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional, yang akan mewakili Sulut dalam ajang prestisius tingkat nasional yang digelar pada 1–7 Oktober 2025 di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.


Kontingen MQK yang dilepas terdiri dari 11 santriwan dan santriwati terbaik. Mereka adalah perwakilan dari tiga pesantren yang selama ini aktif mengembangkan kajian kitab kuning, yakni Pesantren Assalam Manado, Pesantren PKP Manado, dan Pesantren Arafah Bitung.


Para peserta ini sebelumnya telah melewati seleksi berjenjang di tingkat provinsi, sehingga yang terpilih adalah santri-santri terbaik dengan kapasitas mumpuni dalam pemahaman literatur klasik Islam.


Pelepasan kontingen bukan hanya sebuah acara seremonial. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi bentuk legitimasi sekaligus dukungan moral dari pemerintah kepada kalangan pesantren.


Kakanwil Kemenag Sulut menegaskan bahwa misi utama kontingen adalah mengharumkan nama Sulawesi Utara di tingkat nasional, sembari menunjukkan bahwa pesantren di kawasan timur Indonesia juga memiliki daya saing intelektual yang tak kalah dari daerah lain.


“Santri yang berangkat ke Wajo membawa nama besar pesantren, nama baik Sulawesi Utara, sekaligus menjadi wajah peradaban Islam yang moderat. Kalian harus percaya diri, berkompetisi dengan menjunjung tinggi sportivitas, dan tetap menjaga nilai-nilai luhur pesantren. Keterbatasan jangan dijadikan alasan, tetapi justru menjadi cambuk untuk membuktikan bahwa Sulawesi Utara mampu bersuara di panggung nasional.”Jelasnya, Kamis (25/9/25).


MQK atau Musabaqah Qiraatil Kutub merupakan ajang bergengsi di lingkungan pesantren yang menguji kemampuan santri dalam membaca, memahami, serta mengkritisi kitab kuning.


Kitab kuning, yang berisi karya-karya ulama klasik, selama berabad-abad menjadi fondasi pendidikan Islam tradisional. Melalui MQK, tradisi intelektual pesantren tidak hanya dipelihara tetapi juga dihidupkan kembali sebagai jawaban atas tantangan zaman modern.


Kabid Pendidikan Islam (Pendis) H. Ahmad Sholeh dalam laporannya menjelaskan bahwa ajang MQK bukan semata kompetisi, melainkan juga upaya menjaga kesinambungan tradisi literasi keagamaan.


“Santri yang tampil di MQK tidak hanya menguasai teks, tetapi juga dituntut memahami konteks, sehingga kitab kuning tetap relevan di tengah perubahan sosial yang cepat,” ujarnya.


Selain doa dan dukungan moral, pelepasan kontingen juga dihadiri oleh para tokoh penting, antara lain Kabag TU H. Basri Saenong, Ketua Forum Ulama Aswaja Pesantren dan Pondok (FUAPP) Sulut KH. Muyassir Arif, pimpinan Pesantren Assalam Manado, pembina Pesantren PKP Manado, serta pimpinan Pesantren Arafah Bitung.


Kehadiran para tokoh tersebut menandakan bahwa perjuangan para santri bukanlah perjuangan individual, melainkan bagian dari gerakan kolektif dunia pesantren di Sulawesi Utara.


MQK Internasional 2025 dijadwalkan berlangsung di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, mulai 1 hingga 7 Oktober 2025.


Wajo dipilih sebagai tuan rumah karena dikenal sebagai daerah dengan tradisi keislaman yang kuat dan sejarah panjang dalam dunia literasi keagamaan.


Ajang ini akan mempertemukan ribuan santri dari seluruh Indonesia, bahkan beberapa dari luar negeri, untuk bersaing dalam berbagai kategori lomba yang menitikberatkan pada penguasaan teks kitab kuning.


Pelepasan kontingen di Aula Kanwil Kemenag Sulut bukan sekadar seremoni rutin, melainkan sebuah langkah simbolis yang menandakan kesiapan pesantren Sulawesi Utara memasuki gelanggang nasional.


Masyarakat diharapkan memberikan dukungan penuh, baik berupa doa maupun dorongan moral, sehingga para santri mampu berkompetisi dengan kepercayaan diri tinggi.


Lebih jauh, partisipasi Sulawesi Utara dalam MQK Internasional ini menjadi bukti nyata bahwa daerah dengan jumlah pesantren relatif kecil dibanding Jawa tetap memiliki kontribusi signifikan dalam percaturan pendidikan Islam nasional.


(Yudi barik)





Lebih baru Lebih lama