Sentuhan Kemanusiaan Rumah Sakit Siloam Manado, Pasien BPJS Rasakan Layanan Tanpa Sekat

"Masita Maliki: “Saya Nyaman Berobat di Siloam, Meski Gunakan BPJS Tetap Dilayani Tanpa Beda”.

Saat pasien mendapat penanganan dari petugas medis, (foto idnews.co)

IDNEWS.CO, MANADO,- Pengalaman pelayanan Kesehatan yang penuh Kehangatan dan Profesionalisme dirasakan langsung oleh Masita Maliki, Seorang Pasien yang Berdomisili di Kelurahan Singkil Dua, Lingkungan II Manado.


Dalam kunjungannya ke Rumah Sakit Siloam Manado, sekitar Kamis (29/5/2025) Pukul 19.43 Wita Malam ini, untuk menjalani pemeriksaan Kesehatan, Masita mendapatkan perlakuan yang tidak hanya cepat dan tanggap, tetapi juga menyentuh secara Emosional.


Sejak pertama kali memasuki area rumah sakit, nuansa pelayanan yang bersahabat sudah begitu terasa.


Petugas medis dengan sikap ramah menyambut kedatangan pasien, memberikan rasa aman yang sangat dibutuhkan seseorang yang tengah berjuang dengan kondisi tubuh yang tidak prima.


Pelayanan tidak sebatas pada aspek teknis medis semata, namun diperkuat dengan pendekatan komunikatif yang menjelaskan secara rinci setiap langkah yang akan dijalani pasien.


Dalam proses pelayanan tersebut, petugas kesehatan menjelaskan jenis dan fungsi obat yang diberikan, serta menjabarkan secara transparan prosedur pemeriksaan medis yang sedang dilakukan.


Tak berhenti di sana, pengambilan sampel darah juga dilaksanakan guna menunjang diagnosis lebih lanjut, memperlihatkan komitmen rumah sakit terhadap akurasi hasil pemeriksaan sebagai bagian dari tanggung jawab profesional dalam menangani pasien.


Atmosfer di ruang perawatan juga terasa berbeda. Tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk tindakan medis, tetapi menjadi ruang yang mengedepankan nilai-nilai empati.


Petugas berupaya memberikan penguatan secara emosional kepada pasien. Candaan ringan serta kata-kata penenang dilontarkan dengan tulus, mendorong pasien agar tidak terlalu memikirkan beban penyakit yang sedang dihadapi.


Dukungan semacam itu menjadi bagian penting dari proses pemulihan yang sering kali terabaikan dalam sistem pelayanan kesehatan pada umumnya.


Masita, yang akrab disapa Dewi, menyampaikan pengalamannya secara langsung kepada media.


Dengan nada yang penuh rasa syukur, Dewi mengatakan bahwa pelayanan di RS Siloam Manado layak dijadikan teladan.


“Saya merasa sangat nyaman ketika menjalani pengobatan di RS Siloam Manado. Meski saya sedang sakit dan harus menggunakan fasilitas BPJS dari pemerintah, seluruh staf medis memberikan pelayanan tanpa membedakan latar belakang pasien. Semua dilayani secara merata dan profesional,” ungkapnya.


Dewi juga menggarisbawahi bahwa saat ini rumah sakit tengah menghadapi lonjakan jumlah kunjungan dari masyarakat.


Namun, kondisi tersebut tidak mempengaruhi mutu pelayanan yang diberikan. Setiap pasien tetap terlayani sesuai dengan standar operasional yang berlaku.


Tidak tampak adanya keluhan terkait waktu tunggu yang terlalu lama atau ketidaksiapan fasilitas medis dalam menghadapi padatnya pasien.


Pernyataan Dewi mempertegas reputasi RS Siloam Manado sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang menjadikan kualitas dan kesetaraan pelayanan sebagai prioritas utama.


Dalam situasi di mana masyarakat sering kali mengkhawatirkan kualitas layanan bagi pengguna BPJS, rumah sakit ini justru menunjukkan bahwa setiap pasien memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perhatian penuh dari tenaga medis, terlepas dari metode pembiayaan yang digunakan.


" Saya datang ke Siloam keluhan rasa mual sertai muntah, asam lambung kambuh, demam serta badan meriang. Saat tiba petugas medis langsung mengambil tindakan darurat, Tampa menanyakan pasien umum atau BPJS, ternyata tindakan dahulu paling penting jadi Saya sangat salut dengan kerja petugas medisnya," tutur Masita.


Pelayanan yang menyentuh hati seperti yang dialami Masita Maliki menjadi bukti bahwa sistem kesehatan modern tidak hanya bergantung pada teknologi canggih atau peralatan medis mutakhir, tetapi juga pada manusia yang bekerja dengan sepenuh hati.


Di balik setiap prosedur medis, terdapat komitmen moral yang mendorong tenaga kesehatan untuk hadir sebagai pelayan masyarakat, bukan sekadar pemberi resep atau penegak protokol.


Pengalaman yang diceritakan langsung oleh pasien menjadi pengingat bahwa kepercayaan publik terhadap layanan kesehatan dibangun melalui praktik nyata di lapangan.


Ketika pasien merasa dihargai, didengarkan, dan dilayani tanpa diskriminasi, maka keyakinan terhadap sistem kesehatan pun akan tumbuh dengan sendirinya.


(Yudi barik)


Lebih baru Lebih lama