"Latihan Gabungan Philindo 2025: Indonesia dan Filipina Perkuat Sinergi Pertahanan Laut".
![]() |
Suasana saat kegiatan berlangsung, (foto idnews.co) |
IDNEWS.CO, BITUNG,- Suasana penuh kehormatan menyelimuti Dermaga Utama Satuan Kapal Patroli Komando Daerah Angkatan Laut (Kodaeral) VIII Bitung pada Minggu (28/9).
Saat ketika kapal perang Angkatan Laut Filipina BRP Artemio Ricarte (PS-37) tiba untuk mengikuti Latihan Bersama Maritime Training Activity (MTA) Philindo 2025.
Penyambutan resmi dilakukan oleh Asisten Operasi (Asops) Kodaeral VIII mewakili Panglima Kodaeral VIII, Laksamana Muda TNI Dery Triesananto Suhendi, S.E., M.Tr.Opsla.
Prosesi penyambutan melibatkan prajurit Satrol Kodaeral VIII dan Yonmarhanlan VIII yang menampilkan upacara Merplug Ceremony, sebuah tradisi penghormatan Angkatan Laut yang diberikan kepada kapal sahabat.
Komandan kapal perang Filipina, Commander Abram R. Taguinod, menerima pengalungan bunga sebagai tanda kehormatan dari tuan rumah.
Rangkaian acara dilanjutkan dengan penampilan tarian tradisional Tetengkoren khas Minahasa, yang mencerminkan keramahan masyarakat Sulawesi Utara serta menegaskan makna persaudaraan maritim.
Delegasi Filipina dipimpin oleh Komandan Efren Ryan Fajardo, Perwira Penghubung Philippine Navy di Manado.
Dirinya hadir bersama sejumlah perwira dan bintara untuk mewakili negaranya dalam latihan yang telah menjadi agenda rutin kedua angkatan laut.
Latma Philindo 2025 bertujuan memperkuat sinergi operasi maritim antara TNI Angkatan Laut dan Philippine Navy. Materi yang dipersiapkan mencakup Visit Board Search and Seizure (VBSS) untuk melatih keterampilan pemeriksaan kapal, Casualty Evacuation (CASEVAC) sebagai prosedur penyelamatan korban di laut, serta peningkatan Maritime Domain Awareness (MDA) untuk memperkokoh kesadaran situasional di wilayah perairan perbatasan.
Selain latihan teknis, kegiatan juga mencakup pertukaran budaya dan interaksi personel guna mempererat hubungan sosial antara prajurit kedua negara.
Latihan gabungan dijadwalkan berlangsung hingga 3 Oktober 2025, dengan mengerahkan KRI Lumba-lumba-881 dari TNI AL dan BRP Artemio Ricarte (PS-37) dari Philippine Navy.
Rangkaian kegiatan berlangsung di wilayah kerja Kodaeral VIII Bitung, Sulawesi Utara, sebagai lokasi strategis yang berbatasan langsung dengan Filipina Selatan.
Sementara latihan resmi dimulai sejak kedatangan kapal Filipina pada 28 September 2025 dan akan berlanjut hingga 3 Oktober 2025 dengan agenda di laut maupun di darat.
Kerja sama militer antara Indonesia dan Filipina memiliki arti strategis dalam menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara, khususnya di wilayah perairan perbatasan yang kerap menghadapi tantangan berupa penyelundupan lintas negara, perompakan, perdagangan manusia, hingga praktik illegal fishing.
Dengan melaksanakan latihan bersama, kedua negara berupaya membangun kepercayaan, meningkatkan interoperabilitas, dan memastikan bahwa jalur perdagangan laut internasional di kawasan tetap aman.
Kehadiran kapal Filipina mendapat sambutan hangat tidak hanya dari jajaran TNI AL, tetapi juga dari unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Bitung.
Acara turut dihadiri oleh Komandan Satrol Kodaeral VIII, Komandan KRI Lumba-lumba-881, para kepala satuan kerja Kodaeral VIII, serta sejumlah pejabat militer Filipina seperti Komandan Operasi Lorenzo C. San Gabriel Jr PN (Tarakan), Sersan Mayor Lamberto Angel PN(M) (Marore), dan Sersan Mayor Ramil DL Diman PN(M) (Miangas).
Kehangatan penyambutan tersebut mencerminkan komitmen kedua angkatan laut dalam mempererat diplomasi pertahanan melalui pendekatan budaya, persahabatan, dan kerja sama strategis.
Latihan gabungan Philindo 2025 bukan hanya wujud profesionalisme militer, tetapi juga menjadi instrumen diplomasi maritim.
Kehadiran dua kapal perang di Bitung menegaskan bahwa Indonesia dan Filipina memiliki kepentingan bersama dalam menjaga keamanan regional. Melalui latihan terintegrasi, kedua negara menunjukkan komitmen untuk menanggulangi ancaman bersama serta memperkuat solidaritas di kawasan ASEAN.
Sebagaimana ditegaskan oleh jajaran TNI AL, kerja sama bilateral semacam ini menjadi fondasi penting dalam membangun keamanan kolektif di Asia Tenggara, sekaligus mengirim pesan kuat bahwa laut perbatasan Indonesia–Filipina harus dijaga sebagai ruang damai, aman, dan bebas dari aktivitas ilegal.
(Yudi barik)