Bimtek Strategis Perkuat Tata Kelola Pariwisata Manado Menuju Destinasi Profesional

"Ester Mamangkey katakan, komitmen manado mengembangkan wisata berkelanjutan".

Saat kegiatan berlangsung, (foto istimewa)

IDNEWS.CO, MANADO,- Pemerintah Kota Manado mempertegas langkah strategis dalam pengembangan kampung wisata.


Tentunya dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan melalui pelaksanaan Bimbingan Teknis Penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Destinasi Pariwisata, yang menghadirkan unsur pemerintahan kelurahan, para pemimpin wilayah setingkat lingkungan, pengelola potensi wisata, pelaku usaha ekonomi lokal, serta komunitas masyarakat yang berperan langsung dalam pengembangan objek wisata berbasis komunitas di wilayah Manado, Selasa (2/12/25) Pagi tadi.


Kehadiran seluruh pihak tersebut menandai fase baru pembangunan pariwisata yang lebih menyeluruh, partisipatif, dan berjangka panjang.


Dalam sambutan bersama, Kepala Dinas Pariwisata Manado, Ester Mamangkey, menyampaikan bahwa pariwisata telah berkembang sebagai sektor penggerak ekonomi daerah, bukan sekadar sarana hiburan yang berakhir pada kunjungan wisata singkat tanpa manfaat berkelanjutan.


Ia menuturkan bahwa profil geografis Manado yang kaya akan bentang kawasan pesisir, teluk, gugusan pulau, serta jejak budaya lokal yang kuat menjadi modal berharga yang harus dikelola dengan ketelitian, kreativitas, dan strategi terukur untuk menempatkan Manado sebagai destinasi kompetitif berskala regional dan nasional.


Ester menambahkan bahwa keberhasilan pariwisata bukan diukur dari banyaknya slogan dan promosi visual semata, melainkan dari dampak nyata pada peningkatan ekonomi masyarakat, pelestarian budaya lokal, serta keberlanjutan ekologi.


Pada sesi acara berikutnya, para peserta diarahkan menyusun rencana aksi lapangan berbasis kondisi riil tiap kampung wisata.


Setiap wilayah memiliki karakter unggulan yang terbentuk secara natural, terdapat kawasan yang memusatkan kekuatan pada wisata bahari dan panorama pesisir, terdapat wilayah yang memantik daya tarik dari kekayaan kuliner tradisional.


Terdapat pula kampung yang menonjolkan identitas budaya, ritus adat, serta narasi sejarah komunitas, dan terdapat sentra yang sedang menumbuhkan jaringan ekonomi kreatif yang melibatkan generasi muda dengan produk lokal bernilai ekonomi.


Melalui pembingkaian tersebut, forum mengubah setiap kampung wisata menjadi entitas dengan identitas kuat, bukan bagian dari kategori generik yang kehilangan kekhasan karakter.


Dua narasumber utama — Edbert M. Mirah, ST., MURP dan Dr. Ir. Linny A.M. Tambajong, ST., M.Si — menyajikan perspektif akademis yang menjadi dasar konseptual dan landasan teknis bagi peserta.


Edbert memaparkan bahwa penataan ruang destinasi harus diarahkan pada pembentukan koridor pengalaman yang memungkinkan wisatawan mendapatkan alur petualangan yang sistematis, mulai dari orientasi awal, interaksi langsung dengan kehidupan lokal, hingga pengalaman penutup yang meninggalkan kesan kuat.


Sementara Linny menegaskan perlunya indikator keberlanjutan yang nyata, seperti daya dukung lingkungan, kualitas interaksi masyarakat dengan pengunjung, serta kemampuan kampung wisata dalam mempertahankan karakter asli tanpa tergerus komersialisasi berlebihan.


Rangkaian diskusi mengangkat urgensi kolaborasi multipihak dalam ekosistem pariwisata.


Pemerintah daerah memiliki fungsi regulatif dan fasilitatif, akademisi berperan sebagai penyedia kerangka ilmu dan instrumen evaluasi, pelaku usaha menjadi lokomotif ekonomi yang menggerakkan rantai dagang lokal, sementara masyarakat lokal memiliki fungsi paling vital sebagai pelaku utama sekaligus penjaga keaslian budaya dan atmosfer destinasi.


Forum juga memunculkan pembahasan mengenai tantangan global seperti perubahan iklim, shifting tren wisata internasional yang kini lebih memilih destinasi autentik berbasis komunitas, serta kebutuhan penerapan strategi promosi berbasis platform digital yang mampu menjangkau wisatawan lintas generasi.


Pandangan yang berkembang dalam forum menegaskan bahwa kampung wisata tidak boleh menjadi ruang artifisial yang hanya berfungsi sebagai latar swafoto bagi pengunjung, tetapi harus berperan sebagai ruang hidup yang menopang ekonomi warga, memperkuat jalinan sosial, serta menghadirkan kesempatan usaha baru bagi penduduk lokal.


Masyarakat diarahkan menjadi pelaku ekonomi, pengelola kegiatan wisata, penjaga lingkungan, sekaligus representasi budaya daerah yang memberi warna pada pengalaman wisatawan.


Pemerintah Kota Manado menyampaikan harapan agar kegiatan bimbingan teknis menjadi titik awal konsolidasi gagasan, bukan hanya agenda prosedural.


Peserta didorong untuk saling bertukar pengalaman, mengemukakan hambatan lapangan, merumuskan solusi kontekstual, dan melahirkan inovasi dengan basis pengetahuan lokal.


Langkah ini diarahkan untuk melahirkan destinasi wisata yang profesional, memiliki daya saing regional, ramah pengunjung, dan tetap selaras dengan nilai-nilai keberlanjutan budaya dan lingkungan.


Dengan adanya penyusunan rencana aksi yang realistis dan dapat dijalankan, Manado sedang bergerak menuju model pariwisata berbasis kualitas pengelolaan, bukan sekadar potensi yang tidak terkelola.


Forum bimbingan teknis menjadi fondasi kerja baru dalam membangun destinasi pariwisata yang menghasilkan manfaat langsung bagi masyarakat, memperkuat identitas budaya daerah, dan mendukung pembangunan sosial-ekonomi kota secara adil dan berkelanjutan.


(Reporter, Yudi barik)

Lebih baru Lebih lama