"Ridwan Faluggah, Logika Perusahaan Pelayaran Harus Berdiri di Atas Prinsip Keselamatan".
![]() |
Saat kegiatan berlangsung, (foto istimewa) |
IDNEWS.CO, MANADO,- Tragedi kebakaran yang menimpa Kapal Motor (KM) Barcelona V A di Perairan Laut Minahasa Utara beberapa waktu lalu mengguncang Dunia Pelayaran Domestik dan menjadi momentum refleksi serius bagi manajemen Perusahaan Pemilik Armada, PT Surya Pasific Indonesia (SPI).
Insiden tersebut tidak hanya menyisakan luka bagi Keluarga Korban, tetapi juga menimbulkan Desakan Publik agar sistem Keselamatan Pelayaran diperbaiki secara menyeluruh.
Sebagai pemilik sah KM Barcelona V A, PT Surya Pasific Indonesia mulai mengambil langkah konkret dengan memperketat sistem keamanan serta meninjau ulang seluruh prosedur operasional kapal.
Fokus utama diarahkan pada pembaruan fasilitas keselamatan serta peningkatan kesadaran awak kapal dan penumpang terhadap prosedur keselamatan maritim.
Langkah pembenahan dilakukan sebagai tindak lanjut atas arahan dari Kementerian Perhubungan Republik Indonesia yang menekankan pentingnya kelengkapan peralatan keselamatan pada setiap armada pelayaran.
Arahan tersebut dikeluarkan setelah serangkaian evaluasi terhadap insiden kecelakaan laut yang melibatkan kapal penumpang di berbagai daerah, termasuk insiden KM Barcelona V A.
Humas PT Surya Pasific Indonesia, Ridwan Faluggah, menyatakan bahwa meskipun kapal telah dilengkapi perlengkapan keselamatan sejak awal beroperasi, standar keamanan kini harus ditingkatkan sesuai tuntutan regulasi terbaru serta kebutuhan perlindungan jiwa di tengah meningkatnya aktivitas pelayaran antarwilayah.
“Secara teknis, peralatan keselamatan seperti pelampung, tabung pemadam, sekoci, dan alat komunikasi darurat sudah tersedia sejak kapal mulai beroperasi. Namun, berdasarkan hasil evaluasi bersama regulator, sistem keamanan perlu diperkuat. Kami merespons secara cepat sebagai bentuk tanggung jawab kepada publik,” ujar Ridwan saat diwawancarai pada Jumat (1/8/2025) pagi di Kantor Operasional SPI Manado.
Evaluasi secara internal mulai dilakukan segera setelah kejadian kebakaran pada KM Barcelona V A mencuat ke publik. Menurut keterangan Ridwan, audit menyeluruh terhadap sistem keamanan, kualifikasi awak kapal, dan kelayakan alat-alat keselamatan telah dimulai sejak minggu pertama pasca kejadian.
Langkah itu tidak hanya terbatas pada kapal yang mengalami musibah, tetapi juga seluruh armada yang beroperasi di bawah manajemen PT Surya Pasific Indonesia.
Selain melakukan pembenahan teknis, perusahaan juga memulai program pelatihan ulang kepada seluruh Anak Buah Kapal (ABK) agar memahami secara komprehensif tindakan darurat, penyelamatan diri, serta penggunaan alat keselamatan sesuai dengan standar internasional.
Pembaruan difokuskan pada fasilitas pelayaran di seluruh pelabuhan yang menjadi titik operasi KM Barcelona V A, termasuk di Pelabuhan Manado, Pelabuhan Melonguane, serta dermaga-dermaga kecil di jalur pelayaran Sulawesi Utara dan sekitarnya.
Penambahan unit sekoci otomatis, pembuatan saluran ventilasi air darurat, serta peningkatan jumlah pelampung individu, dan instalasi sistem komunikasi radio cadangan telah menjadi bagian dari pembenahan tersebut.
PT Surya Pasific Indonesia (SPI) menyatakan bertanggung jawab penuh sebagai pemilik armada atas musibah yang terjadi. Perusahaan juga menyatakan kesiapannya untuk memenuhi seluruh proses penyelidikan dari otoritas terkait, termasuk Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Kepolisian Daerah Sulawesi Utara.
Tindakan ini dilakukan untuk menjamin transparansi serta memberikan keadilan bagi para korban maupun keluarga.
Menurut Ridwan, komitmen perusahaan terhadap keselamatan pelayaran merupakan prinsip yang tidak bisa ditawar. Ia menegaskan bahwa bila keselamatan penumpang dan awak kapal diabaikan, maka eksistensi perusahaan dalam industri pelayaran akan kehilangan legitimasi.
“Logikanya sangat sederhana bila perusahaan pelayaran tidak mematuhi prosedur keselamatan, niscaya sudah tutup sejak awal. Kepercayaan publik adalah aset utama dalam bisnis pelayaran,” tandasnya.
Ridwan menekankan bahwa prioritas utama perusahaan adalah melindungi keselamatan jiwa setiap individu yang menggunakan layanan pelayaran.
Tragedi yang menimpa KM Barcelona V A dijadikan titik balik untuk memperkuat budaya keselamatan dalam tubuh perusahaan. Evaluasi menyeluruh dilakukan untuk memastikan agar insiden serupa tidak terulang kembali.
Selain aspek teknis, perusahaan juga mulai meningkatkan pendekatan edukatif kepada penumpang, termasuk sosialisasi prosedur evakuasi melalui media visual dan pengumuman keselamatan yang wajib diputar sebelum kapal bertolak. Setiap penumpang diwajibkan memahami posisi alat keselamatan, cara penggunaannya, serta prosedur penyelamatan saat terjadi keadaan darurat.
“Tidak semua kesalahan berasal dari kru atau sistem, dalam beberapa kasus, kelalaian penumpang terhadap petunjuk keselamatan juga menjadi faktor risiko. Oleh karena itu, kerja sama antara operator kapal dan penumpang sangat diperlukan,” ungkap Ridwan.
Ke depan, PT Surya Pasific Indonesia berencana melakukan investasi untuk penambahan alat keselamatan pelayaran, yang memiliki standar keselamatan modern sesuai klasifikasi internasional.
Perusahaan juga berencana menggandeng lembaga independen untuk melakukan audit keselamatan tahunan, guna menjaga kualitas layanan sekaligus menumbuhkan kembali kepercayaan publik.
Selain itu, kerja sama dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Dinas Perhubungan Daerah, dan pihak pelabuhan akan ditingkatkan untuk memperkuat sistem tanggap darurat terpadu.
(Yudi barik)